Top tips: Bagaimana cara organisasi mencapai digital maturity
Top tips adalah kolom mingguan di mana kami membahas tren teknologi terkini dan menjelajahi tren tersebut. Minggu ini, kami akan membahas bagaimana organisasi bisa mencapai digital maturity

Saat ini, di tengah pergerakan dunia yang semakin menggila, kita harus selalu agile dan adaptif. Di lanskap teknologi yang terus bertumbuh dengan gangguan skala besar yang semakin umum, organisasi harus selalu siap, bersedia, dan mampu dalam mengadopsi tren teknologi terbaru, kapan pun dan di mana pun hal itu bisa mendapatkan hasil terbaik.
Inilah yang disebut dengan digital maturity (kematangan digital). Digital maturity adalah kondisi ketika organisasi bisa memanfaatkan tren teknologi terkini untuk meraih keunggulan kompetitif.
Mencapai digital maturity adalah suatu keharusan. Organisasi yang memimpin adalah mereka yang menjadikan agility dan adaptability digital sebagai bagian inti dari strategi bisnis. AI, misalnya, telah menjadi topik hangat dalam dunia teknologi beberapa tahun terakhir. Nah, perusahaan yang paling sukses di dunia telah berinvestasi besar-besaran serta mengintegrasikannya secara efektif. Contohnya adalah Nvidia yang mencatat pertumbuhan eksponensial dengan menyelaraskan strategi bisnis mereka dengan AI, menunjukkan betapa kuatnya manfaat menjadi perusahaan yang matang secara digital.
Lalu, bagaimana organisasi Anda bisa mengikuti jejak langkah Nvidia? Inilah empat cara yang bisa Anda lakukan untuk mencapai digital maturity.
4 cara untuk mencapai digital maturity
1. Membuat visi digital yang rinci
Membicarakan pentingnya digital maturity memang mudah. Mewujudkannya? Tidak semudah itu.
Semuanya dimulai dari perencanaan dan pengelolaan strategi. Sekarang, lihat dulu kondisi kesiapan organisasi Anda. Identifikasi pain point dan area di mana teknologi modern bisa membawa perubahan berarti. Dari situ, bangun roadmap langkah demi langkah untuk mencapai digital maturity yang selaras dengan visi jangka panjang organisasi Anda.
Sebagai contoh, generative AI bisa digunakan untuk membuat konten, coding, customer engagement, dan lainnya. Namun, bukan berarti setiap tim atau proses harus menggunakannya. Hindarilah sekadar mengikuti tren tanpa tujuan. Fokuslah pada area di mana teknologi benar-benar bermanfaat jika digunakan. Misalnya, meskipun ada teknologi yang bisa membantu dalam hal compliance, teknologi ini tidak bisa diandalkan sepenuhnya untuk menangani komitmen kepatuhan organisasi Anda secara mandiri.
2. Berinvestasi pada tool yang tepat
Hal ini memiliki hubungan erat dengan poin sebelumnya. Fokuslah hanya pada tool yang benar-benar membawa tujuan praktis bagi organisasi Anda. Jangan habiskan waktu untuk memaksakan penggunaan teknologi tertentu hanya karena orang-orang sudah menggunakannya, sementara Anda belum. Jangan FOMO. Misalnya, Anda memilih 100% cloud padahal organisasi Anda bergerak di sektor kritis—seperti pemerintahan, keuangan, atau kesehatan—yang menuntut tingkat privasi data tinggi dan lebih aman jika sebagian data tetap dikelola secara on-premises.
3. Memprioritaskan keamanan
Berinvestasi ke tren terbaru memiliki risiko keamanan tersendiri. Apalagi jika teknologi baru tersebut masih berada dalam tahap awal siklus hidupnya.
Sehingga, sebelum membawa teknologi baru ke ekosistem Anda, lakukan asesmen keamanan yang komprehensif terlebih dahulu. Bukan hanya teknologinya saja yang perlu dinilai, tetapi juga kemampuan organisasi dalam mengimplementasikannya ke dalam stack teknologi Anda.
Selain itu, penting juga untuk tidak menggunakan teknologi yang belum terbukti dalam lingkungan kritikal. Kita sedang tidak berlomba, jadi tidak perlu cepat-cepat. Orang yang pertama menggunakan teknologi terbaru belum tentu orang yang berhasil, apalagi jika keamanan adalah taruhannya.
4. Terus menerus mengukur performa
Digital maturity bukanlah tujuan sekali capai, ini adalah proses yang berkelanjutan. Sehingga, Anda perlu secara rutin memantau performa tool yang Anda gunakan. Ini akan membantu Anda menganalisis apa yang berhasil dan apa yang tidak. Bukan hanya itu, Anda juga perlu tahu kapan harus menghentikan penggunaan teknologi tertentu yang tak lagi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Adaptasi sekarang atau siap-siap ketinggalan
Digital maturity bukan hanya soal menggunakan tren teknologi terbaru. Fokusnya adalah bagaimana mengimplementasikan tren tersebut secara efektif ke dalam ekosistem Anda dengan cara yang selaras dengan visi keseluruhan organisasi. Organisasi yang benar-benar matang secara digital adalah organisasi yang siap menghadapi gangguan teknologi apa pun dan mengubahnya menjadi keuntungan strategis.
Ingat selalu bahwa lanskap digital saat ini lebih kompetitif dan tidak stabil dibanding sebelumnya. Hanya organisasi yang memiliki digital maturity yang bisa bertahan, beradaptasi, dan berkembang dalam lingkungan ini.
Tulisan ini merupakan terjemahan dari blog berjudul Top tips: How your organization can achieve digital maturity oleh Eric Roshaan.