Top tips: Cara membangun human firewall
Top tips adalah segmen mingguan yang membahas tren di dunia teknologi dan memberikan panduan praktis untuk mengikutinya. Pada edisi kali ini, fokus kita adalah bagaimana memperkuat garis pertahanan pertama perusahaan terhadap serangan siber.

Tidak peduli seberapa canggih perangkat cybersecurity yang digunakan, efektivitasnya tetap bergantung pada orang yang mengoperasikannya. Banyak serangan seperti phishing, social engineering, dan penggunaan password yang lemah berhasil bukan karena kegagalan sistem, melainkan karena faktor manusia. Seiring berkembangnya serangan siber, tim IT perlu memperkuat investasi pada salah satu aset pertahanan yang paling kuat, yaitu orang-orang di balik layar alias staf yang mengoperasikan sistem.
Human firewall adalah sekumpulan karyawan yang teredukasi dan waspada, yang memahami ancaman keamanan dan tahu bagaimana meresponsnya. Berikut beberapa langkah praktis yang dapat membantu membangun pertahanan tersebut.
Mulai dengan pelatihan keamanan yang menarik dan relevan
Pelatihan keamanan tidak cukup dilakukan sekali kemudian dilupakan. Sama seperti latihan evakuasi, kesadaran keamanan perlu dilakukan berkala dan berbasis praktik. Karyawan akan lebih mudah mengingat langkah yang benar ketika mereka pernah mencobanya langsung. Sertakan contoh yang dekat dengan situasi nyata, misalnya invoice palsu yang terlihat meyakinkan atau email reset password dengan domain yang hampir serupa. Semakin realistis contohnya, semakin siap tim Anda menghadapi ancaman sesungguhnya.
Lakukan simulasi serangan dan bahas hasilnya
Simulasi phishing adalah salah satu cara paling efektif untuk mengukur sekaligus mengedukasi. Simulasi dapat membantu mengidentifikasi siapa yang masih rentan dan membutuhkan pelatihan lanjutan. Namun, hasilnya tidak cukup berhenti pada angka klik saja. Ajak seluruh tim membahasnya. Jelaskan tanda bahaya yang muncul, alasan email tersebut mencurigakan, dan bagaimana proses pelaporan yang benar.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan jasa keuangan menjalankan simulasi phishing setiap kuartal. Hasilnya menunjukkan sebagian besar karyawan tidak mengklik tautan tersebut, tetapi beberapa justru meneruskannya ke rekan kerja untuk menanyakan apakah email itu asli. Situasi ini membuka ruang edukasi baru. Karyawan juga perlu tahu cara melaporkan aktivitas mencurigakan.
Bangun budaya pelaporan tanpa saling menyalahkan
Cybersecurity adalah tanggung jawab bersama. Jika ada karyawan yang tidak sengaja mengklik tautan berbahaya atau memasukkan informasi ke situs palsu, mereka perlu merasa aman untuk segera melapor. Semakin cepat tim IT mengetahui insiden, maka semakin kecil risiko yang ditimbulkan. Ciptakan budaya di mana pelaporan dianggap sebagai tindakan bertanggung jawab, bukan kesalahan yang akan dikenakan sanksi.
Permudah perilaku yang aman
Orang cenderung mengambil jalan pintas ketika menemui langkah keamanan yang rumit. Sehingga, praktik keamanan harus dibuat semudah mungkin untuk diikuti. Terapkan single sign-on, sediakan password manager untuk menghindari penggunaan password sederhana, dan wajibkan multi-factor authentication tanpa menambah hambatan yang tidak perlu.
Tujuannya adalah memandu pengguna, bukan membuat mereka kewalahan. Instruksi yang jelas, indikator visual, dan pengingat singkat dapat membantu. Bahkan, hal sederhana seperti banner berwarna pada email eksternal sudah cukup untuk mendorong karyawan lebih berhati-hati.
Libatkan keamanan dalam percakapan sehari-hari
Program keamanan yang efektif tidak hanya muncul saat pelatihan tahunan. Topik tentang keamanan perlu hadir dalam rapat tim, newsletter internal, sesi onboarding, hingga obrolan informal yang berlangsung sehari-hari. Edukasi rutin yang tidak membosankan dan membebani karyawan menjadi sangat penting. Bagikan berita serangan siber terkini dan ajukan pertanyaan seperti, “Apa langkah yang akan kita ambil jika ini terjadi pada kita?”. Dengan cara ini, isu keamanan pun menjadi nyata dan relevan.
Membangun human firewall bukan proyek sekali jalan. Ketika ancaman berkembang, pemahaman orang-orang di dalam organisasi juga perlu ikut berkembang. Dengan menjadikan karyawan sebagai mitra keamanan, bukan risiko, perusahaan dapat mengubah titik lemah menjadi kekuatan utama.
Para pelaku serangan mengandalkan manusia yang lengah. Sudah saatnya kita membuktikan bahwa mereka salah!
Tulisan ini merupakan terjemahan blog berjudul Top tips: How to build a human firewall oleh Nandini Malhotra.