Database Activity Monitoring: Mengapa Penting untuk Keamanan Data Perusahaan

Bagaikan jantung, database adalah pusat dari hampir semua aktivitas bisnis. Ini karena setiap perusahaan sangat bergantung pada data untuk menjalankan operasional, mengambil keputusan, dan melayani pelanggan. Namun, di saat yang sama, ancaman terhadap keamanan data di database semakin kompleks. Akses data yang tidak sah, penyalahgunaan hak istimewa, hingga serangan siber yang menargetkan database bisa membuat data sensitif bocor kapan saja.

Masalahnya, ancaman ini sering kali tidak terlihat di permukaan. Banyak perusahaan yang baru sadar ada yang salah setelah insiden terjadi. Itulah mengapa, dibutuhkan database activity monitoring (DAM) yang cerdas dan proaktif untuk memantau dan mengontrol aktivitas database secara real-time. Sehingga, perusahaan pun bisa mendeteksi aktivitas mencurigakan sejak dini sekaligus memastikan bahwa data sensitif tetap aman, sesuai regulasi, dan hanya bisa diakses oleh pihak yang berwenang.

Yuk, cari tahu selengkapnya mengapa database activity monitoring menjadi kunci untuk melindungi data perusahaan. Selain itu, temukan juga bagaimana cara menerapkan database activity monitoring yang tepat untuk perusahaan Anda di blog ini!

 

Apa itu database activity monitoring?

Database Activity Monitoring (DAM) adalah proses pemantauan dan audit terhadap aktivitas di dalam database, seperti akses dan modifikasi yang terjadi secara real-time. Tujuannya adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan melaporkan aktivitas mencurigakan tanpa menganggu kinerja sistem dan produktivitas pengguna.

Menurut Gartner, DAM merupakan serangkaian tool yang dirancang untuk melakukan proses audit tersebut. Tool ini sekarang sudah semakin berkembang, karena bukan hanya bisa menganalisis aktivitas database saja. Kapabilitas DAM kini mencakup discovery dan klasifikasi, vulnerability management, analisis di tingkat aplikasi, intrusion prevention, dukungan keamanan untuk data tidak terstruktur, integrasi dengan sistem Identity and Access Management (IAM), dukungan untuk risk management, hingga insight real-time.

Melalui kapabilitas tersebut, perusahaan dapat lebih siap menjaga kerahasiaan dan integritas database mereka, mencegah insider threat, serta meningkatkan visibilitas dan kontrol. Selain itu, perusahaan juga bisa mematuhi standar dan regulasi seperti GDPR, HIPAA, dan PCI DSS.

 

Apa saja manfaat database activity monitoring?

Database activity monitoring memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai berikut.

1. Menjaga keamanan data

Salah satu manfaat terbesar database activity monitoring adalah kemampuannya mendeteksi aktivitas mencurigakan secara real-time. Misalnya jika ada lonjakan kegagalan login atau pengguna yang mencoba mengubah isi tabel yang sensitif tanpa izin. Jika hal itu terjadi, sistem akan langsung memberi peringatan. Dengan begitu, tim security bisa bereaksi lebih cepat sebelum ancaman berkembang menjadi kebocoran data.

2. Memastikan kepatuhan terhadap regulasi

Ada banyak data sensitif yang disimpan dalam database. Berbagai regulasi seperti GDPR, UU PDP, dan HIPAA menuntut organisasi untuk bisa membuktikan pengakses dan waktu akses data-data tersebut dalam audit.

Dengan database activity monitoring, proses audit bisa jadi lebih mudah karena semua aktivitas database tercatat otomatis dan terdokumentasi dengan baik. Hal ini membantu organisasi memastikan kepatuhan terhadap regulasi.

3. Memberikan visibilitas penuh terhadap aktivitas database

Sering kali, aktivitas di database sulit dipantau karena skalanya besar dan kompleks. Database activity monitoring memberikan transparansi penuh dengan mencatat setiap query, perubahan data, dan pola akses yang terjadi, baik oleh pengguna internal maupun eksternal. Visibilitas ini penting untuk memahami bagaimana data digunakan, sekaligus memastikan tidak ada aktivitas mencurigakan yang terlewat.

4. Meningkatkan efisiensi operasional

DAM memberikan insight real-time tentang metrik performa yang penting. Sehingga, tim IT bisa langsung menemukan akar masalah begitu isu muncul. Hal ini mempercepat proses recovery dan menurunkan mean time to repair (MTTR), yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan gangguan. Pada akhirnya, Anda bisa mencegah masalah berkembang lebih besar sekaligus menjaga performa tetap stabil tanpa mengorbankan keamanan.

5. Meningkatkan kepercayaan pelanggan

Tidak ada pelanggan yang senang dengan kebocoran data. Sekali terjadi insiden kebocoran data di suatu organisasi, rasa percaya bisa langsung hilang dan pelanggan pun enggan kembali.

Akan tetapi, database activity monitoring membuat tim IT security dapat memantau dan melindungi aktivitas di dalam database secara real-time. Langkah ini membantu mencegah akses tidak sah dan kebocoran data, sehingga pelanggan merasa lebih aman dan kepercayaan terhadap organisasi pun tetap terjaga.

 

Apa tantangan dalam database activity monitoring?

Meski punya segudang manfaat, organisasi masih sering mengalami kesulitan dalam menerapkan database activity monitoring yang efektif. Ini karena penerapan database activity monitoring masih memiliki berbagai tantangan, seperti berikut ini.

1. Volume query dan aktivitas yang tinggi

Dalam kondisi sistem dengan traffic yang sangat tinggi, volume transaksi dan query bisa mencapai ribuan bahkan jutaan per hari. Hal ini membuat tim IT sulit membedakan mana aktivitas yang wajar dan mana yang mencurigakan. Akibatnya, organisasi bisa kesulitan menemukan potensi ancaman.

Namun, hal ini bisa diatasi dengan real-time monitoring tool yang bisa memberikan insight hingga di tingkat query. Dengan kemampuan ini, tim IT dapat memantau semua aktivitas tanpa mengorbankan performa database, serta mendeteksi anomali dengan cepat di tengah tingginya lalu lintas data.

2. Lonjakan alert

Perkembangan organisasi membuat jumlah alert yang dihasilkan oleh sistem monitoring juga semakin melonjak. Jika alert ini terus datang tanpa henti tanpa pengaturan yang jelas, tim IT bisa mengalami alert fatigue. Adanya alert fatigue atau kelelahan akan banyaknya jumlah alert yang datang bisa membuat tim IT kehilangan fokus dan sulit membedakan mana alert yang benar-benar kritis dan mana yang bisa ditunda. Dalam skenario terburuk, alert penting justru terabaikan karena tertumpuk oleh notifikasi lain yang kurang relevan.

Untuk mencegah hal ini, kustomisasi alert bisa menjadi solusi. Terapkan ambang batas dan prioritas yang tepat, sehingga tim IT bisa meminimalkan noise sekaligus memastikan bahwa masalah paling mendesak mendapatkan perhatian lebih cepat.

3. Mengelola replikasi dan failover

Keterlambatan dalam proses replikasi atau  failover yang salah dikonfigurasi bisa saja terjadi. Risikonya serius, mulai dari kehilangan data penting sampai waktu pemulihan sistem yang makin lama.

Itulah mengapa, organisasi perlu memantau kondisi replikasi secara rutin. Hal ini penting agar sinkronisasi data berjalan dengan lancar dan proses failover bisa berjalan dengan efisien.

4. Menyesuaikan kebutuhan resource

Seiring pertumbuhan organisasi, ukuran dan kompleksitas database pun ikut meningkat. Perubahan ukuran atabase ini menuntut kapasitas CPU, memori, dan penyimpanan yang lebih besar agar performa tetap optimal. Itulah mengapa, menyeimbangkan antara kebutuhan sistem dan ketersediaan resource menjadi tantangan yang harus diperhatikan setiap organisasi.

Supaya tidak kewalahan, organisasi sebaiknya memahami tren perkembangan database dan menyesuaikan alokasi resource secara bertahap berdasarkan kebutuhan yang ada. Dengan begitu, performa database bisa tetap optimal tanpa mengurangi efektivitas pemantauan aktivitas di dalamnya.

5. Memastikan kepatuhan dan keamanan data

Pemantauan database biasanya mencakup tracking aktivitas pengguna dan pola akses tertentu. Proses ini akan melibatkan banyak informasi yang bersifat sensitif, sehingga perlindungan privasi data dan kepatuhan terhadap regulasi terkait menjadi sangat penting.

Tantangannya, setiap industri dan wilayah memiliki standar kepatuhan yang berbeda-beda. Di industri pelayanan kesehatan, ada HIPAA yang harus dipatuhi. Lalu, jika dibedakan berdasarkan geografis, ada GDPR dari Eropa dan UU PDP dari Indonesia. Perbedaan regulasi ini membuat organisasi sering kali menghadapi kesulitan untuk memastikan bahwa praktik monitoring yang mereka jalankan benar-benar sesuai dengan panduan dan ketentuan yang berlaku.

 

Seperti apa strategi database activity monitoring yang tepat?

Mengingat penerapan database activity monitoring tidak mudah, Anda pun membutuhkan strategi yang tepat agar semuanya berjalan dengan lancar. Berikut adalah beberapa strategi DAM yang efektif untuk Anda terapkan.

1. Pilih tool database activity monitoring yang tepat

Untuk mengelola aktivitas database dengan efektif, Anda perlu memilih tool database activity monitoring yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Tool yang ideal harus bisa memantau, mengumpulkan, dan menganalisis aktivitas database dalam satu platform terpadu. Selain itu, pastikan tool tersebut bisa memantau metrik spesifik dan memberi alert kepada administrator jika terjadi anomali. Semua hal ini perlu dilakukan secara real-time agar ancaman tidak berkembang menjadi insiden yang menganggu.

2. Tentukan platform database yang akan dipantau

Dalam banyak kasus, organisasi tidak menggunakan satu database saja. Ada berbagai platform database yang bisa digunakan, seperti Microsoft SQL Server, Oracle Database, MySQL, atau IBM DB2. Pilihlah platform database berisi data sensitif yang ingin Anda pantau aktivitas di dalamnya.

Untuk memudahkan pemantauan dari berbagai layanan database, gunakan tool yang bisa mengumpulkan, mengonsolidasikan, serta menganalisis data dari berbagai platform database di satu tempat. Salah satu tool yang bisa Anda gunakan adalah ManageEngine EventLog Analyzer.

3. Bangun baseline aktivitas normal dan definisikan aktivitas kritis

Sebelum sistem mengirimkan ribuan alert, tentukan dulu mana aktivitas yang dianggap normal (tidak perlu alert) dan mana yang dianggap kritis (perlu alert). Aktivitas normal misalnya akses rutin atau perubahan data yang dilakukan oleh pihak berwenang. Sementara itu, aktivitas kritis misalnya akses dari IP tidak dikenal atau perubahan data tanpa izin.

EventLog Analyzer memungkinkan pemantauan mendetail terhadap perubahan izin pengguna, perintah DDL (data definition language), dan DML (data manipulation language). Dengan baseline yang jelas, sistem dapat lebih akurat membedakan aktivitas biasa dan potensi ancaman, sehingga mengurangi risiko false alarm.

4. Gunakan alert otomatis dan real-time untuk aktivitas berisiko tinggi

Setelah menentukan kategori aktivitas berisiko tinggi, atur sistem agar mengirimkan alert otomatis secara real-time. Dengan begitu, tim IT dapat segera mengetahui jika ada aktivitas yang mencurigakan dan langsung mengambil tindakan. Anda juga dapat memilih media notifikasi seperti email atau SMS untuk memastikan informasi penting tidak terlewat.

EventLog Analyzer memiliki fitur alert bawaan untuk berbagai aktivitas kritis di database, namun tetap memungkinkan kustomisasi sesuai kebutuhan organisasi. Dengan alert yang proaktif ini, Anda pun bisa merespons potensi ancaman dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga keamanan lingkungan database.

5. Integrasi aktivitas database dengan aktivitas jaringan

Aktivitas di dalam database juga berkaitan erat dengan aktivitas jaringan. Karena itu, penting untuk menghubungkan log aktivitas database dengan log jaringan agar analisis ancaman jadi lebih menyeluruh. Hal ini bisa dilakukan dengan tool database activity monitoring yang memiliki kapabilitas correlation engine.

EventLog Analyzer memiliki correlation engine yang bisa mengorelasikan aktivitas database dan aktivitas jaringan. Fitur ini membantu mendeteksi pola serangan yang kompleks, mengurangi false alarm, dan mengungkap potensi risiko keamanan seperti upaya pencurian data atau eksploitasi celah aplikasi.

6. Siapkan audit trail dan laporan compliance yang lengkap

DAM memiliki kaitan erat dengan kepatuhan terhadap regulasi privasi data. Untuk memenuhi regulasi ini, organisasi memerlukan jejak audit dari setiap aktivitas di database. Bukan hanya untuk keperluan compliance, jejak audit juga diperlukan untuk analisis forensik saat terjadi insiden.

Itulah mengapa, organisasi perlu memiliki sistem yang mampu menyimpan dan mengarsipkan log secara aman sesuai masa retensi yang ditentukan. Selain itu, organisasi juga perlu menyiapkan laporan compliance yang bersifat spesifik untuk setiap regulasi. EventLog Analyzer menyediakan laporan compliance siap pakai untuk berbagai mandat regulasi IT seperti GDPR, GLBA, FISMA, PCI DSS, SOX , CCPA, dan lainnya.

7. Lakukan review secara rutin

Lingkungan IT terus berubah, baik dari sisi infrastruktur, ancaman, maupun regulasi. Karena itu, strategi monitoring aktivitas database pun harus terus berkembang. Pastikan konfigurasi alert, dashboard, laporan, dan aturan monitoring selalu diperbarui sesuai kebutuhan organisasi dan standar terbaru.

Melakukan review secara berkala membantu menjaga relevansi sistem DAM. Dengan begitu, solusi ini tidak hanya reaktif terhadap ancaman, tetapi juga adaptif terhadap perubahan jangka panjang dalam keamanan data dan kepatuhan.

 

Pantau aktivitas database untuk mencegah kebocoran data

Di era berbasis data seperti sekarang, menjaga keamanan dan integritas database bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Monitoring aktivitas database berperan penting dalam memastikan setiap aktivitas di database dapat dipantau, ditelusuri, dan dilaporkan secara akurat untuk mencegah kebocoran data maupun pelanggaran kepatuhan.

Dengan kemampuan database activity monitoring dari ManageEngine EventLog Analyzer, tim IT bisa mendapatkan visibilitas penuh terhadap seluruh aktivitas database. Selain itu, Anda juga bisa menerima peringatan real-time atas aktivitas berisiko tinggi dan memanfaatkan laporan bawaan untuk memenuhi berbagai standar kepatuhan seperti GDPR dan PCI DSS.

Mulai tingkatkan keamanan database Anda hari ini dengan solusi DAM yang proaktif, terintegrasi, dan mudah digunakan. Pelajari lebih lanjut tentang EventLog Analyzer! Jadwalkan sesi khusus dengan tim kami untuk mempelajari fitur-fiturnya lebih dalam!